Pesan masuk ke telepon genggamku. Aku yang masih antara sadar dan tidak mau tidak mau membuka mata, dan membaca pesan yang masuk tadi.
“Gw udah dibawah. Buruan jemput”
Aaah, dasar adik manja. Bukannya langsung naik saja ke lantai 17, malah minta jemput di lobby. Dia pasti tidak tahu tadi malam saya mabuk berat. Kantor tempatku bekerja ulang tahun yang keenam. Semua prajurit dari Jakarta tumplek di salah satu tempat hiburan malam di tengah kota Bandung. Kami berpesta hingga pagi, dan aku baru bisa tertidur pukul 10 pagi. Senang rasanya kembali berkumpul bersama mereka.
Kulirik jam yang berdiri diatas nakas. Pukul 17.00. Akhirnya aku paksa bangun. Haruskah sikat gigi dan cuci muka? Buat apa? Kuputuskan hanya menutupi piyamaku dengan long coat dan langsung turun ke lobby apartemen seguni. Awas kalau adikku datang tanpa buah tangan, akan kusuruh tidur dikamar mandi. Hehe.
“Lama deeeeeeeeh!” omelan si adik langsung menyapa begitu aku keluar lift. Malas ku jawab, hanya ku toyor jidatnya yang lebar sambil menggiringnya menuju lift. Aku masih terlalu mengantuk,dan kepalaku seperti diganduli beban seberat 10 kilogram. Sepertinya hangover.
Ting,
Lift berhenti sejenak dilantai 15. seorang gadis berperawakan kecil keluar dengan tergesa-gesa sambil berusaha mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Mungkin mencari kunci kamar. Lift menutup dan melanjutkan perjalanan.
“lantai ini ga enak banget auranya. Yang ninggalin juga gede banget. Item.” Adikku tiba tiba nyerocos tanpa ditanya.
Aku maklum, adikku memang dianugerahi kemampuan melihat hal-hal yang tidak bisa dilihat oleh orang biasa. Tapi biasanya dia tidak akan bercerita tentang apa yang dia lihat kalau penampakan tersebut tidak terlalu menakutkan.
Akhirnya sampai di lantai 17. dari depan lift dapat kulihat seorang kurir berdiri didepan pintu kamarku. Dia terlihat bingung.
“Ada apa mas?” aku bertanya sambil memperhatikan kurir ini dari ujung rambut sampai ujung kaki. Namanya Saipul, tertulis jelas di id card yang ia gantungkan di leher.
“Ini mbak ada paket untuk Vivo Mwenyewe. Alamatnya di Apartemen Seguni lantai 17,kamar 1701. tapi daritadi saya bunyikan bel kamarnya tidak ada jawaban. Boleh saya titip ke mbak aja? Saya masih harus mengantar 3 paket lagi ke arah timur kota bandung?”
Akhirnya kuterima paketnya, kububuhkan tanda tanganku diatas kertas penerimaaan barang.
Ternyata tetanggaku namanya Vivo Mwenyewe. Nama yang aneh, semoga tidak dengan orangnya. Akan kuantar paket ini esok pagi. Barangkali sang empunya paket sedang menikmati akhir pekan.
“gw mandi dulu ah. Lengket badan seharian di kereta.”
Kuhempaskan kembali badanku ke tempat tidur, berniat untuk kembali memejamkan mata. Namun perut berkata lain. Tidur sesiangan dan melupakan makan ternyata direspon dengan cepat oleh perutku segera setelah aku terbangun. Aku tidur-tiduran sambil menunggu adikku selesai mandi.
“Kak, baju siapa nih di kamar mandi? Ada temen cowok lo yang nginep disini tadi malem?” Tanya adikku sambil berjalan keluar dari kamar mandi. Ditangannya terbentang sehelai kaus berwarna coklat. Dari ukuran dan bentuknya jelas itu kepunyaan seorang laki-laki.
Shoot! Aku tidak bisa menjawab. Apa yang aku lakukan tadi malam?atau tadi pagi? Sama siapa aku pulang tadi? Shit! aku tidak ingat apa apa. Aku juga baru sadar baju yang kukenakan sekarang tidak sama dengan baju tadi malam ketika pesta ulang tahun kantorku berlangsung. Aku juga tidak ingat siapa yang mengganti. Aku? Atau..?
Masih dalam kebingungan telepon genggamku kembali berbunyi, menandakan ada pesan masuk.
“ malem sayang? Udah sepenuhnya sadar atau masih hangover? Ga pake macem-macem kan tadi malem? Telvon aku kalau kamu baca sms ini ya?”
Sender: sipacar
Dan seketika aku ingat rencana pertunangan kami bulan depan.
Langit Segarra Jingga
No comments:
Post a Comment